Sabtu, 21 Desember 2013

ULASAN BUKU : MELIPUT PEMILU, PANDUAN UNTUK JURNALIS



JUDUL :MELIPUT PEMILU : PANDUAN UNTUK JURNALIS
PENULIS : Benjamin Tukan, dkk
PENERBIT : Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP), Jakarta 2004
HALAMAN : viii + 121 hlm
ISBN : 979-9381-46-0

"Pemilu bagi reporter politik laksana olimpiade bagi reporter olahraga,"kata Denis Kavanagh, Komentator pemilu Inggris. Sebagai olimpiade dalam olahraga, pemilu memang dipandang sebagai peristiwa penting dalam politik. Tidak mengherankan bila berbagai pihak tak mau ketinggalan untuk terlibat dalam peristiwa yang di Indonesia sering disebut "pesta demokrasi" ini.

Media massa sudah pasti turut mengaggap penting Pemilu. Walaupun tidak semua media secara khusus menyiapkan liputan pemilu, tapi liputan demikian seakan telah menjadi ritual. Berbagai upaya dilakukan oleh banyak media untuk menyambut pemilu, misalnya menyediakan rubrik atau program khusus pemilu, menyiapkan tim reporter khusus, mengontrak komentator atau analis, hingga membentuk tim pemasaran dan pencari iklan. Maklum, selain berpotensi menjadi sumber berita untuk headline, pemilu juga berpotensi menjadi sumber iklan bagi media.

Jurnalis meliput pemilu tak sekedar melaporkan fakta. Jika dulu orang beranggapan bahwa jurnalis hanya melaporkan fakta atau peristiwa, maka anggapan ini tampaknya kini mulai bergeser. Orang beranggapan bahwa jurnalis tidak sekadar melaporkan fakta, tapi juga mempertimbangkan pertanyaan penting : "untuk apa fakta dilaporkan?"Pertanyaan inilah kemudian menghendaki jurnalis kembali membuka lagi catatan-catatan penting yang menyangkut tanggung jawab jurnalis.

Bagi Joann Byrd, Ombudsman harian Washington Post, jurnalis tak cuku hanya menggunakan formula tradisional 5 W + 1 H (who, what, when, where, why dan how) dalam menulis berita. Jurnalis perlu menambah formula "S" untuk SOLUSI dan "C" untuk COMMON GROUND atau dasar pijak bersama. Dengan kata lain jurnalis harus mempertimbangkan menyangkut tujuan memberitakan fakta.

Dengan uraian yang cukup lengkap tentang apa yang penting yang harus dilakukan jurnalis dalam pemilu, buku ini memberikan perhatian pada empat hal yang harus dilakukan jurnalis dalam liputan tentang pemilu. Keempatnya adalah mensosialisasikan sistem pemilu , memberikan pendidikan politik, memantau proses pemilu dan melakukan advokasi untuk kelompok marginal.

Buku ini juga memberikan perhatian pada potensi konflik dalam pemilu. Saat pemilu memiliki kecendrungan konflik, jurnalis dituntut untuk berpihak pada kepentingan yang lebih luas ketimbang kepentingan sebuah kolompok. Jurnalis perlu waspada dengan  politisi yang pandai memanfaatkan media sebagai ajang kampanye yang bukan ditujukan pada visi dan program, melainkan hanya propaganda dan menuding lawan politiknya.

Buku ini sangat relevan tidak hanya dalam peliputan pemilu, tapi juga dalam liputan-liputan politik umumnya.
(IN) 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar