Sabtu, 21 Desember 2013

ULASAN BUKU : MEDIA DAN DISKRIMINASI RASIAL



JUDUL :KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENGHAPUSAN SEGALA BENTUK DISKRIMINASI RASIAL: PANDUAN BAGI JURNALIS
PENULIS : Dicky Lopulalan dan Benjamin Tukan
PENERBIT : Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP), Jakarta 2001.
HALAMAN : 120 hlm
ISBN : 979-95032-11-2

Praktik diskriminasi rasial menjadi sumber utama konflik di berbagai belahan dunia. Dalam sambutannya pada peringatan ke 51 Deklarasi  Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM), 9 Desember 1999, Sekjen PBB Kofi Annan dengan jelas mengatakan, bahwa diskriminasi rasial menjadi ancaman utama perdaimaian dunia. Dalam berbagai kasus : seperti pecahnya konflik di Eropa, Afrika, di Asia juga di Indonesia, perbedaan menjadi alasan terjadinya peperangan yang mengorbankan nyawa dan harta benda yang tak terkira.

 Meski konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial (PSBDR) 1965, sebagai salah satu perangkat DUHAM, telah disebarluaskan sejak 1969, tetap saja terjadi peperangan antar kelompok, dengan mengangkat perbedaan suku, agam, dan ras sebagai simbol permusuhan. Lalu, bagaimana memecahkan persoalan yang berlarut-larut ini?

Tentu dibutuhkan kerja keras dan komitmen yang tinggi dari berbagai pihak : tidak saja pada tingkatan negara- tapi juga pada tingkat individu. Apalagi arus semangat diskriminasi tak dapat terbendung dengan "hanya" sebuah konvensi. Kentalnya aspek moral daripada legal, tidak menempatkan konvensi ini dalam posisi kekuatan hukum yang lebih pasti.

Indonesia sudah meratifikasi PSBDR pada 1999, dengan UU No. 29/1999. Sosialisasi konvensi ini memang sangat terbatas. Berbeda dengan persoalan yang menyangkut hak perempuan, masih sedikit kelompok masyarakat yang memberikan perhatian soal ini.

Jurnalis tentu memiliki peran penting. Disatu sisi jurnalis diharapkan memberikan informasi tentang konvensi ini kepada masyarakat. Tapi jauh dari itu jurnalis dalam pemberitaan harus memiliki pengetahuan dan kesadaran akan bahaya dari persoalan diskriminasi rasial.

Itulah sebabnya buku ini selain menguraikan tentang konvensi PSBDR, sebagaian besar isi buku ini mengulas tentang peliputan masalah-masalah rasial. Di tengah tugas media sebagai pengajaran kebudayaan (ini sering dilupaka), pemberitaan media seringkali menjadi cermin masyarakat dalam bersikap dan bertindak.

Buku ini menarik dibaca tidak saja untuk jurnalis tapi juga para pembaca media. Sebab, dalam kealpaan yang sering terjadi,  media kadang terlibat dalam memproduksi rasialisme  dengan tampil dalam bentuk yang tersamar, penuh prasangka, tidak langsung dan implisit.  (IN)

1 komentar:

  1. dmna sy bisa mendapatkan buku ini mas? kalau ad info tolong email ke jamessi@rocketmail.com
    terima kasih

    BalasHapus