Kamis, 16 Agustus 2012

Menulis Harus Total



Kendati orang percaya bahwa dunia menulis adalah dunia yang tersendiri yang jauh dari keramaian, tapi itu tidak selalu mengatakan bahwa menulis harus di ruang yang sepi lagi sunyi.

Pribadi penulis adalah pribadi yang sepi dan sunyi. Waktu yang dilewatinyapun selalu ditemani dengan beragaman macam orang dan persoalan, namun semua itu selalu dalam gagasan, dan makna.

Ditengah beragam macam pendapat tentang menulis, ruparupanya ada suatu yang bisa diterima adalah penulis adalah seorang yang tekun. Menulis adalah sebuah ketekunan, dan dari ketekunan itulah seorang penulis mendapat tempat di hati pembaca.

Jalan sunyi penulis, adalah suatu asketis intelektual di sana ketotalan merupakan nama lain dari jalan ketekunan itu.  Maka disini, seorang penulis bukanlah seorang hanya pandai merangkai kata dalam medium tulisan, tapi ketekenunan menjalani hidup, menulis hidup dalam ketotatalan, juga merupakan warna lain menulis tentang kehidupan.

Keramaian dan kesepian hanyalah sebuah suasana. Dibalik semua itu adalah ketotalan, ketekunan dan semangat berbagi. Di sini popularitas yang semula bukan menjadi bagian penting dari hidup penulis, berubah karena kehendak berbagi itu. 

Senin, 13 Agustus 2012

Penerbitan sebagai upaya "Mengkadokan Gagasan" Kepada Pembaca



Banyak cara orang memberi arti untuk pekerjaan sebuah  penerbitan. Bagi penerbit Tollelegi, penerbitan itu adalah suatu cara kerja dalam ranah perbukuan yang mirip dengan pembuatan kado  untuk dihadiahkan kepada  orang lain. 

Kedengaran memang aneh dan mungkin terlalu menyederhankan persolan. Tapi kira-kira semacam itulah sebuah pekerjaan penerbitan. Ada proses kerja mengemas gagasan yang sudah tertuang dalam tulisan untuk menjadi sebuah buku. Kita harus dapat membedakan penerbitan dari penulisan agar  keduanya dapat menempatkan ranah perbukuaan dengan proporsional. 

Penerbitan sebagai upaya mengemas suatu gagasan berbentuk tulisan untuk dibukukan, ibarat mengemas isi kado. Isinya adalah karya tulis seorang penulis yang berisi gagasan, pikiran serta pengalaman penulis sementara pekerjaan penerbitan adalah mengemasnya menjadi sebuah buku yang tentu menarik, dan layak dibaca.

Untuk mencapai sebuah buku yang menarik dan layak dibaca, maka bahasa yang ditulispun haruslah bahasa yang  sesaui dengan kaidah yang berlaku dan dapat dimengerti pembaca. Diluar itu,  cover dan perwajahan pun harus dibuat menarik. 

Proses pengkadoan jika dipakai istilah itu, maka pekerjaan penerbitan dimualai dengan mempertimbangkan isi, mendasain perwajahan, hingga memasuki mesin mesin cetak untuk pengandaan sampai pada mengurainya kembali dalam kotak-kotak distribusi dan sirkulasi. 

Sebagaimana kado, sebuah suatu yang diterbitkan pada gilirannya harus  diumumkan. Ada peristiwa  penyerahan, dan  bila perlu diperlihatkan kepada publik.  Demikian juga dalam proses penerbitan hingga menjadi buku yang siap didistribusikan,  upacara peluncuran dan bedah buku adalah cara yang terbaik untuk mengumumkan. 

Sinergisitas adalah hal yang terpenting dalam penerbitan. Walau oleh perkembangan zaman, ruang menjadi melebar, tapi dalam jaringan-jaringan itu selalu tetap terjaga hubungan yang sinergi itu. Bagaikan sibiosis mutualis, penulis, editor, layouter hingga tukang mesin di percetakan, bahkan pak pos yang mengantar buku ke pelanggan memiliki kedudukan yang sama. 

Mengawali penerbitan penerbit Tollelegi memulai penerbitan dengan mengorganisasikan berbagai jaringan, memberi tempat yang sama pada semua yang bersinergi, agar gagasan bisa sampai. 

Lagi-lagi di tengah keberagaman media saat ini,  buku masih dipercaya memiliki tempat khusus dihati pembaca. Ibarat kado, buku masih tetap  menjadi suatu yang istimewa.  @ben

Semua Bisa Menulis, Menulis Untuk Semua




"Menulis itu menyampaikan gagasan kepada orang lain" (Jakob Oetama) 

Pada mulanya adalah kegelisahan. Kegelisahan itu kemudian berubah menjadi kata, ditulis, ataupun diucapkan. Namun demikian, selalu saja kata yang diucap terasa sia-sia karena tak mampu menempel ataupun melekat.  Kata harus ditulis, agar suatu hari kelak dapat kembali melihat, mengingat termasuk mengukur seberapa panjang dan dalamnya kata itu bermakna. 

Semua bisa menulis, menulis untuk semua, tidak lain adalah sebentuk penghargaan akan manusia, kata dan tulis. Sebagaimana pentingnya manusia, maka penting pula tulisan  juga kata yang ditulis. Mengawali perjalanan penerbitan Tollelegi dari suatu kesenyapan 15 tahun silam, sebenarnya ingin menghadirkan suatu media yang memberi tempat pada menusia, kata dan menulis. 

Sungguh disadari, menulis membutuhkan waktu, namun menulis sendiri tidak berarti sebuah dunia yang tak bisa dilakoni semua orang. Pada tilikan tertentu, menulis seharusnya menjadi kewajiban manusia untuk meninggalkan rekam jejak yang berbicara.  Tollelegi ( Tole-lege : buka dan bacalah atau Tole lagi : lihat kembali lagi) adalah niat awal yang serba sederhana menghadirkan medium tulis menulis. 

Karenanya, menulis tak hanya tinggal menulis. Pada akhirnya menulis adalah cara untuk berdialog dalam menjunjung capaian tertinggi manusia. @tollelegi