Senin, 15 Juli 2019

PELUNCURAN DAN DISKUSI BUKU “WAJAR ADANYA KATA”



Buku “ Wajar Adanya Kata” merupakan kumpulan esay yang ditulis Romo Stefan Kelen, Pr, dalam berbagai kesempatan. Dari penulisnya, buku ini merupakan buku kedua, setelah buku pertama “Tak Hanya Diam”, yang mengalami dua kali cetak ulang. Buku pertama diberi kata Prolog oleh wartawan senior Media Indonesia Gaudens  Suhardi dan Epilog oleh Pater Dr. Budi Kleden. Buku “Wajar Adanya Kata” yang merupakan buku kedua ini, diberi kata Prolog oleh Sastrawan Linda Christanty dan Epilog dari Teolog Dr. Andreas Atawolo.


Romo Stef, kelahiran  Basira, Tanjung Bunga-Flores Timur 19 Juni 1973 lalu, mengalami pendidikan dasar di SDK Tanahbelen, Tanjung Bunga, pendidikan menengah di SMP San Pankratio  di  Larantuka, dan Seminari Menengah San Dominggo Hokeng. Selepas seminari menengah, ia memilih untuk menjadi imam di Keuskupan Pangkalpinang, dan menempuh Tahun Orientasi Rohani (TOR) dan kuliah di Seminari Tinggi St Petrus, Pematang Siantar, Sumatera Utara. Setelah menjalani Tahun Orientasi Pastoral (TOP) di Natuna dan menjalani pendidikan Post S1 di STF St Yohanes Pematangsiantar, ia ditahbiskan menjadi diakon dan selanjutnya menjadi imam projo Keuskupan Pangkalpinang, sejak 20 Mei 2004 hingga saat ini.


Ia mencintai dunia menulis, mengelola beberapa media seperti berkatnews.com,  katoliknews.com, jurnaltimur.com dan jurnalbabel.com. Ia belajar khusus tentang jurnalistik di Lembaga Pers Dr Sutomo Kebon Sirih Jakarta, dan magang di desk Polkam Media Indonesia. Selanjutnya dalam catatan Dewan Pers, ia menjadi pastor pertama di Indonesia yang memiliki sertifikasi wartawan.




Melihat potensi dan minat Romo  yang mengaku sebagai "SobatPadi" ini, oleh Alm Mgr Hilarius Moa Nurak SVD, waktu itu mengutusnya untuk menempuh Studi Magister Ilmu Komunikasi di Universitas Mercu Buana Jakarta. Ia menyelesaikan studi ini dengan nilai Cum Laude, IPK 3,83. Tesis yang diselesaikannya berjudul : ETIKA POLITIK BASUKI TJAHAJA PURNAMA (AHOK)  DALAM BINGKAI RETORIKA DIALEKTIK (Analisis Framing atas Program Mata Najwa di Metro TV). Selepas studi  khusus ilmu komunikasi ini, oleh Uskup Mgr Adrianus Sunarko OFM dipercayakan sebagai Ketua Komsos Keuskupan Pangkalpinang dan Anggota Pengurus Yayasan Tunas Karya yang mengelolah 44 sekolah Katolik di Kepulauan Bangka Belitung dan Kepulauan Riau, termasuk Batam di dalamnya.


Berhubung dengan esai-esai yang ditulisnya termasuk dalam buku W‘ajar Adanya Kata”, ia bertolak dari realitas konkrit masyarakat dan umat pangkalpinang serta umat dan masyarakat umum yg ia jumpai dalam pelayanan.  Dengan pengetahuan yang dimilikinya, dan gaya penulisan yang ringan, penuh humor dan sentilan, ia mengomentari banyak hal yang menjadikan artikelnya tidak saja hanya dittujukan pada masyarakat pangkalpinang tetapi juga masyarakat umumnya dimana pun berada.


Buku “Wajar Adanya Kata”, merupakan buku kumpulan 27 esai dari Romo Stafan Kelen,Pr. Linda Christanty  dalam  prolog yang ditulis pada buku ini mengatakan “Saya merasa negeri kita, rakyatnya dan pemimpinnya memiliki harapan setelah membacanya. Kepada mereka yang tersisih dan teraniaya, kehadiran seorang Romo di tengah mereka memberikan kegembiraan dan pencerahan. Kepada mereka yang berkuasa, kuat dan mengabaikan sesame, karya ini memberi teguran, peringatan dan sindiran untuk belajar mendengar hati nurani dan hidup lebih bermanfaat”. Linda mengakui bahwa esai yang ditulis Romo Stefan Kelen, sangat dipengaruhi oleh tempat mana Romo Stefan berasal dan mengalami pendidikan menengah yakni Larantuka yang merupakan tonggak keimanan katolik. Suatu tradisi yang menunjukkan bahwa kepeduliaan dan keberpihakan tidak pernah tercerai berai dari keimananan, dan kecendikiaan menjadi penerang di masa tidak menentu.



Sementara Dr. Andreas Atawolo dalam mengapresiasikan buku ini mengatakan, “ Lebih dari  sekedar judul, kata-kata ini (Wajar Adanya Kata-Red), merupakan ekspresi kesadaran. Hidup ini sesuatu yang wajat dan nyata. Kita tidak memahami dunia tanpa menjadi pelaku di dalamnya. Pater Andreas Atawolo juga memberikan penekanan pada aspek “communion” yang merupakan titik berangkat dari seluruh esai dari buku ini. Dikatakan Pater Andreas, orang-orang yang berada dalam communio melakukan tugas pelayanan bagi yang lain. Dalam cita-cita persaudaraan semesta itu system politik tidak cukup ditopang oleh gagasan rasional, melainkan kehadiran nyata para pemimpin di tengah masyarakat, khususnya mereka yang terpinggirkan.


Atas dasar keberlakukan esai-esainya yang dinilai sebagai suatu yang universal, juga berhubungan dengan perjalanan hidupnya dari kampung flores Timur ke Pangkalpinang, maka sebagai persembahan dan penghormatan terhadap tanah kelahirannya, demikian juga penghargaan yang diberikan dari tanah kelahirannya, maka buku ini secara khusus akan diluncurkan dan disikusikan di Larantuka.


Hal ini pun berhubungan sangat erat dengan perkembangan kota Larantuka yang mau tidak mau harus juga belajar dari perkembangan yang terjadi di daerah lain. Hal ini juga sangat bermanfaat bagi  lembaga pendidikan yang akan menghasilkan lulusan yang berkiprah di luar daerah.  Bagai cerita dari rantau, peluncuran dan diskusi buku ini diharapakan membawa inspirasi dan motivasi bagi perkembangan generasi muda, juga siapa saja yang  hendak membuka jendela melihat apa yang terjadi di luar sana yang kemudian membawa sikap dan tindakan sebagai tanggapan atas realitas yang dihadapi sehari-hari.


Diskusi dan peluncuran buku ini menghadirkan dua pembicara yakni   P. Dr. Andreas  Atawolo, OFM  (Teolog, Dosen STF Driyarkara, Pemberi Epilog pada buku “Wajar Adanya Kata”). dan Vincentius Lemba, S.Fil, M.Pd. (Pendidik/ Rektor IKTL). Moderator Diskusi Benjamin Tukan. Diskusi dan peluncuran berlangsung di Kampus IKTL Waibalun - Larantuka,  Sabtu 6 Juli 2019, pukul : 09:00 – 12:00. @