Rabu, 14 Oktober 2015

Kapela Tuan Ana :Sejarah, Devosi dan Pertimbangan Pastoral


Kapela Tuan Ana :
Sejarah, Devosi dan Pertimbangan Pastoral

Editor :
Johan Suban Tukan

Nara Sumber 


1. Fransiskus Manuel BL. de Rozari
2. Yoseph Gregoris BL. de Rozari
3. Yohanes Djuan BL. de Rozari
4. Hilarius Petrus BL. de Rozari
5. Paulus Germanus BL. de Rozari
6. Maria Yosefa Kurniati BL. de Rozari
7. Ambrosia Evelin BL. de Rozari
8. Alexander Adrianus BL. de Rozari
9. Benyamin Gandi BL. de Rozari
10. Dominika Philomena BL. de Rozari
11. Fransiskus Kone BL. de Rozari
12. Yohanes Demon BL. de Rozari
13. Yoseph BL. de Rozari
14. Rafael da Santo
15. Frans Fernandez Aikoli
16. Hilarius de Ornay
17. Fransiskus X. de Ornay
18. Yohanes da Santo
19. Gabriel Fernandez da Gomes
20. Fransiskus X. Labina
21. Petrus Bere Maran
22. Paulus Pelati Maran
23. Ance Badilangoe
Cetakan Pertama, Maret 2015

13 x 20 cm
xii + 92 halaman

ISBN : 978-602-72022-2-1
Penerbit : TOLLELEGI


Buku ini ditulis sebagai pengantar untuk diskusi dan dialog diantara kita. Pekan Suci Semana Santa, khususnya Prosesi Jumat Agung di Larantuka selama sekian tahun memberikan santapan rohani bagi banyak umat. Namun dalam sejarah perjalanannya kadangkala muncul kekeliruan baik sengaja maupun tidak sengaja. Maka marilah kita duduk dengan tenang
dan kepala dingin berbincang antar saudara dalam rangka evaluasi. Bukan untuk membenarkan diri. Bukan pula untuk saling mempersalahkan. Tidak ada yang menang, dan tidak ada yang kalah. Kita berbicara tentang masalah dan bukan tentang orang.


Masalah-masalah historis cukup sulit untuk diselesaikan secara tuntas. Namun kita berusaha untuk sedikit demi sedikit mengurangi kesalahan. Apakah kebenaran itu?.“ Kebenaran itu tidak lain daripada kesalahan yang dibetulkan.” (Filsuf Gaston Bachelard). Ingatlah, kadangkala
penyimpangan dalam sejarah merupakan “blessing in disguise”, maka perbedaan pendapat tak boleh merusak keseluruhan Semana Santa yang telah menjadi milik umat.


“Janganlah nila setitik merusak susu sebelanga”. Nah, dengan literatur selektif-terbatas, buku ini ditulis. Sejarah Tuan Ana ditempatkan dan dibaca dalam konteks Dokumen Konsili Vatikan II dan dokumen-dokumen pasca Konsili. Sejarah Tuan Ana merupakan salah satu dari beberapa sejarah lainnya di Larantuka. Hendaknya kisah-kisah sejarah itu saling melengkapi, tak terpisahkan. Saran dan kritik dari pembaca akan diterima dengan senang hati. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar