Pemandangan Pantai di Wilayah Tanjung Bunga (Foto :
JurnalTimur/Stefan)
|
JURNALTIMUR.COM,- Keindahan alam dan budaya Flores-Nusa
Tenggara Timur (NTT) memang tidak diragukan lagi. Destinasi wisata Komodo di
Labuan Bajo di daerah Flores bagian barat, Kampung Bena dan Kelimutu di bagian
tengah, serta budaya laut dan pesisir masyarakat ujung timur Flores sudah
menjadi andalan wisata di Flores. Tapi bagaimana dengan panorama alam dan
budaya di ujung Flores bagian timur? Tak banyak yang tahu.
Akhir Oktober 2017, JurnalTimur berkesempatan mengunjungi
daerah ujung timur pulau Flores, yang
disebut Tanjung Bunga. Alam pantai serta panorama alam dan budaya di wilayah
begitu menawan, bahkan semakin meyakinkan mengapa Portugis dulu pertama kali
datang ke Flores justru menyinggahi wilayah ini.
Nama Flores sebagai sebutan pulau bunga bermula dari tempat
ini. Ketika dulu awal perdagangan nusantara, kapal-kapal yang berlayar
melintasi perarian Flores bagian utara,
entah dari timur ke barat dan barat ke timur, selalu tergoda untuk menyinggahi
tempat ini. Dari kejauhan buih ombak pantai yang merebah di atas batu-batu,
serta lambaian pohon-pohon di seputaran pantai selalu menggoda untuk berteduh
dari amukan gelombang laut Flores.
Tanpa menjadi ceritra besar, hingga kini pun secara
diam-diam para pelaut yang berlayar dari selatan ke utara terutama kapal-kapal layar dari
Australia kadang menyinggahi tempat ini untuk beberapa hari menikmati keindahan
alam yang ada.
Letak Tanjung Bunga di wilayah Kabupaten Flores Timur, memang berada di lengkungan pulau Flores
bagian timur. Sungguh strategis tempat ini, karena dari sini para pelaut menentukan arah kapal menuju ke
daerah Sulawesi, atau ke timur ke Maluku, atau juga ke barat menyusuri tepi
pantai hingga ujung barat Fores, Bima dan seterusnya ke Jawa.
Bagaimana dengan penduduk wilayah ini? Sebagai tempat
berlabuh nan teduh, sejak dulu orang-orang dari berbagai wilayah datang dan
menetap di wilayah ini. Begitu banyak kampung-kampung kecil dengan cerita asal
usul penduduk yang begitu beragam. Ada kesamaan budaya di setiap kampung, tapi
ada perbedaan dalam suguhan budaya.
Pantai berteluk, bahkan terdapat teluk yang sangat besar
untuk ukuran Flores terdapat di wilayah ini. teluk yang menyerupai danau
merupakan pertemuan yang biasa warga saat malam melaut mencari ikan. Ini juga
dapat menceritakan bagaimana kehidupan masyarakat nelayan berjumpa dengan
masyarakat petani ladang. Lagi-lagi, sungguh, sebuah kealpaan selama ini, bila
orang mau mengenal Flores tanpa mendalami kehidupan masyarakat wilayah ini.
Selain penduduk, Flores bagian timur, atau Tanjung Bunga ,
memiliki sebuah danau yang begitu eksotik yakni danau Waibelen atau danau
asmara. Sebutan danau Asmara mengikuti kisah cinta sepasang kekasih yang melegenda berhubungan dengan danau ini.
Ada juga batu bertulis yang berada tidak jauh dari Danau Waibelen, yang oleh
masyarakat setempat merupakan tempat, dimana dulu kerajaan Majapahit pernah
menyinggahi wilayah ini. Bahkan di pinggir pantai ada berdiri sebuah batu yang
menyerupai patung manusia yang penuh dengan cerita-ceritra lagenda. Itu Kompong
Dei sebutan masyarakat atas batu ini.
Tanjung Bunga adalah Flores itu sendiri. Lama tertidur
lantaran gerakan zaman selalu membawa mimpi menuju pusat. Jangankan orang luar,
orang-orang di Larantuka-Ibukota Kabupaten Flores Timur pun tak juga mengenal
dengan baik daerah kaya potensi ini. Semua menuju ke pusat yang menjadikan
daerah ini ditinggalkan dan nyaris disebut daerah pinggiran.
Pemerintah kabupaten Flores Timur dalam tiga periode
kepemimpinan Bupati mulai menyadari akan potensi Tanjung Bunga. Tapi jauh dari
itu mulai menghargai keberadaan masyarakat di sana. Penduduk yang tinggal di
kampung-kampung kecil di balik bukit mulai dihubungi dengan pembukaan jalan.
Satu dua kendaran pun sudah bisa memasuki daerah yang dulu sangat terisolasi
ini. Transportasi laut yang merupakan andalan masyarakat kian hari, kian
dibenahi dan ditingkatkan.
Tanjung Bunga yang kaya potensi, kini tengah menjadi
perhatian yang serius pemerintah kabupaten Flores Timur dibawah Nahkoda Bupati
Anton Hadjon. Bupati yang dikenal sangat dekat dengan warga Tanjung Bunga ini
mulai merealisasikan harapannya agar Tanjung Bunga segera kembali dikenal dan
dikunjungi orang. Penduduk pun bisa lebih leluasa pergi kemana saja untuk
memperdagangkan hasil buminya.
Pada sebuah acara di Koten salah satu kampung di Tanjung
Bunga, JurnalTimur sempat berpapasan dengan Bupati Flores Timur Anton Hadjon.
Sedikit berceritra seadanya, namun menggambarkan komitmen yang sungguh serius
dari Bupati Anton akan wilayah ini. Kalau saja di Larantuka kita tidak
berjumpa, maka di Tanjung Bunga, perjumpaan itu bisa saja terjadi walau
sebentar.
Kini Tanjung Bunga mulai banyak diceritakan. Mulai banyak
yang merancang akan melakukan apa di wilayah ini. Sementara warga tetap dalam
rutinitas memelihara alam, hidup , tradisi dan kebudayaan.
Sungguh ini berita baik tentang Tanjung Bunga. Sebab, selalu
saja ada yang kurang dalam membicarakan Flores. Kekurangan itu ternyata karena
belum disebutkan Tanjung Bunga. Bersambung (Stefan/Ben )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar