“Jauh di mata dekat di hati”. Ungkapan ini tak mungkin
ditujukan untuk warga Tanjung Bunga, ujung timur Pulau Flores di Kabupaten
Flores Timur. Bagaimana mungkin diantara hati mu dan hati ku ada ikatan, bila
untuk berjumpa pun kita tak pernah?
Berjumpa dengan warga Tanjung Bunga boleh dibilang
susah-susah gampang. Infratruktur jalan memang menuju Tanjung Bunga, juga
diantara kampung-kampung di Tanjung Bunga masih menjadi kandala hingga saat
ini.
Sedikit ada perubahan dengan pembukaan isolasi jalan oleh
pemerintah dalam tiga periode kepemimpinan Bupati Flores Timur, tapi kondisi
jalan yang sempat dibuka itu boleh dibilang masih apa adanya. Beraspal untuk
beberapa kilometer saja, kemudian pengerasan, atau tetap dibiarkan menjadi
jalan tanah.
Merealisasikan pembangunan jalan di wilayah tanjung Bunga
bisa mulus dan menjawabi kebutuhan masyarakat, memang tidak sedikit memerlukan
dana. Barangkali setengah lebih APBD
Kabupaten Flores Timur harus difokuskan untuk tanjung bunga. Tapi itu tidak
mungkin.
Karena itu, loby-oby ke pusat untuk menambah dana adalah hal
yang menjadi alternatef pembiayaan. Anggota Legislatif DPR RI, Melkias Markus
Mekeng dikenal punya perhatian besar terhadap daerah ini. Beberapa kali ia
datangi tempat ini, dan beberapa kali pula bantuan anggaran dapat
digelontorkan.
Tak kalah dengan Mekeng, Bupati Anton Hadjon pun merasa
penting untuk terus melakukan lobi-lobi ke Jakarta dalam rangka pembangunan
tanjung bunga juga wilayah-wilayah lain di Flores Timur.
***
Ojek kini menjadi alat transportasi yang menghubungi satu
kempung dengan kampun lainnya di Tanjung Bunga (Foto : JurnalTimur/Stefan)
Awal Oktober 2017, JurnalTimur berkesempatan untuk
mengunjungi tanjung Bunga. Pesawat mendarat di bandara Gewayan Tana –Kabupaten
Flores Timur, JurnalTimur langsung menuju Laka sebuah perkampungan nelayan di
wilayah Tanjung Bunga. Kondisi jalan masih biasa-biasa saja. Kelelahan begitu
terasa.
Laka boleh dibilang masih pertengahan untuk sampai di
Kampung Basira ujung timur Flores. Bermalam di Laka, selanjutnya dengan kapal
motor melalui pantai utara menuju Basira.
Perjalanan sungguh menarik, karena alam menyuguhkan
pemandangan yang memanjakan mata. Kendati di laut, ada penanda yang dapat
dilihat pada kampung-kampung di sebelah utara seperti Karawutung, Muleng,
Linowahing, dan Lamatutu. Akhirnya Tiba di pantai kelambu, kemudian berjalan
menuju perkampungan Basira. Basira sendiri adalah kampung baru. Warga yang
sebelumnya tinggal di kampung Hurit dekat teluk kelambu, harus berpindah ke
Basira karena bencana Tsunami 1992.
Sebenarnya banyak masih ada alternatif lain yakni melalui
Waiklibang, ibukota kecamatan Tanjung Bunga. Tanpa menyinggahi Laka, bisa
langsung ke Waiklibang. Dari Waiklibang ke Beloaja, Koten Walan, Tanabelen
hingga Basira. Alternatif lain melalui
jalan laut dengan perahu motor penumpang, dari Larantuka-Basira atau Basira –
Larantuka setiap Senin dan Kamis.
Semua jalur itu, belum juga menjawabi kebutuhan warga
Tanjung Bunga dalam satu lintasan. Sebab, di wilayah selatan atau wilayah yang
mengitari teluk hading, teluk terbesar di Flores itu, masih juga ada beberapa
perkampungan seperti Ebak, Lama Odjan, Riangpuho, Riang Keroko, dan
Turubehang.
Jalan masih menjadi kandala. Namun rencana pemerintah untuk
membangun infrastruktur jalan di wilayah ini, sempat didengar masyarakat. Ada
proyek pembangunan jembatan yang sedang dikerjakan di wilayah ini. Ada satu-dua alat berat yang dijumpai dalam
perjalanan. Semua ini cukup menghibur warga Tanjung Bunga, bahwa kelak daerahnya
akan maju dan penduduk pun akan leluasa untuk berpergian.
Tanjung Bunga. Dulu saat masyarakat Flores dan Lembata pergi merantau ke Jawa dan Malaysia dengan
kapal laut yang melintasi wilayah ini, akan menjadi tanda yang tak terlupakan.
Mereka yang pergi merantau akan sungguh merasakan meninggalkan kampung halaman,
bila mata sudah tak melihat Tanjung Bunga-tanjung Flores ini. Saat itulah
perasaan untuk menjadi apa saja di negeri rantau mulai terpupuk.
“ Tanjung Bunga sudah semakin jauh, Sinyo terdampar di nagi
orang”.
Tanjung Bunga bukan sekedar tempat. Ada warga dengan
kehidupan social budaya dan ekonomi, Bagaimana pun pemerintah mesti memberikan
perhatian pada Tanjung Bunga. Agar hatimu dan hatiku bisa bertemu tak
terkendala minimnya infrastruktur jalan. (Stefan/Ben) Bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar