Penulis : Benjamin Tukan
JURNALTIMUR,COM,- Pemerintah Kabupaten Lembata, Provinsi
Nusa Tenggara Timur (NTT) kian gencar mempromosikan potensi pariwisata. Sejak
menduduki jabatan Bupati lima tahun silam, Bupati Kabupaten Lembata Eliaser
Yentji Sunur langsung mendengungkan Lembata sebagai kabupaten Pariwisata.
Bahkan tidak tanggung-tanggung destinasi wisata Wakatoby yang terlanjur popular
sering disandingkan dengan potensi Lembata.
Bukan berlebihan keinginan Bupati Lembata mengangkat Lembata
dari segi pariwisata. Walau selama ini Lembata hanya dikenal dari perburuan
ikan paus tradisional Lamalera, potensi lain cukup menjanjikan. Lanskap alam
yang original, unik dan indah serta kekayaan budaya yang beranekaragam, memberi
harapan bahwa kabupaten ini akan menjadi incaran perhatian banyak pihak
melebihi kabupaten-kabupaten tetangganya.
Banyak pihak meragukan gagasan menjadikan Lembata kabupaten
Pariwisata. Alasan sederhana, infrastruktur Lembata masih jauh tertinggal,
ekonomi masyarakat pun masih menemukan sekian permasalahan yang tak bisa
dijawab pemerintah dengan menghadirkan sektor pariwisata. Belum lagi tingkat
melek masyarakat akan pariwisata yang masih rendah, hanya akan membuka pintu
masuk bagi orang luar yang lebih mampu untuk mengekspolitasi keindahan Lembata.
Bagai berlayar sambil menambal perahu, Bupati Lembata tetap
bersikukuh untuk mengenjot pariwisata. Infrastruktur tetap dibangun, tapi
pembangunan pariwisata tidak harus menunggu berakhirnya pembangunan
infrastruktruktur. Karenanya kerja keras adalah jawaban agar sekali mendayung
dua tiga pulau terlampaui.
Senin 7 Mei 2018 kemarin, Pemerintah Kabupaten Lembata
meluncurkan Festival 3 Gunung (F3G) 2018
di di Graha Bhakti Pesona Kementerian Pariwisata RI di Jakarta. Puncak
kegiatan 22-29 September 2018 dengan
menghadirkan keunikan dari tiga gunung
yang ada di Lembata yakni Ile Lewotolok, Ile Batutara, dan Ile Werung.
Kabarnya, kegiatan ini menelan anggaran
15 miliyar.
Dalam sambutan pada acara peluncuran, Bupati Lembata Eliaser
Yentji Sunur mengatakan Kabupaten Lembata merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional yang emiliki potensi besar di sektor pariwisata seperti
lanskap alam yang original, unik dan indah.
"Kekayaan budaya yang memiliki keanekaragaman menarik
dan spetakuler yang sangat berpotensi menjadi salah satu destinasi
favorit," ujar Bupati dua periode ini.
Menurut Bupati Yentji, jika potensi ini dieksplor dan
dikelola serta dimanfaatkan secara optimal dengan melakukan pembangunan dan
pengembangan daya tarik wisata yang visitabel, dan marketable, maka kabupaten
Lembata mampu menjadi daerah tujuan wisata yang eksotis, sesuai dengan respek
pariwisata Lembata
Bupati berargumentasi, dalam rangka menjadikan Lembata
destinasi wisata yang baru diperlukan keberanian dan inovasi kebijakan yang
strategis, dan sinergis dengan kebijakan pariwisata secara nasional, dalam
grand desaign arah pembangunan dan sebagainya serta penguatan perencanaan
pembangunan yang integriti.
Dikatakannya, RPJMD Kabupaten Lembata tahun 2017 – 2022
menempatkan pariwisata sebagai sektor utama dengan dua pilar pembangunan
kepariwisataan yaitu pembangunan pariwisata dan pengembangan pariwisata dengan
portfolio pada prodak pariwisata yang berkonsep tiga A. yang terbagi dalam tiga
wilayah pengembangan yang berfokus pada peningkatan pasar dan promosi,
pengembangan destinasi serta industrialisasi dan investasi.
"Pemahaman konsep tiga wilayah pengembangan didasarkan
pada sebaran potensi daya tarik wisata seperti bukit dan pegunungan, alam
pantai, pesona taman laut dan budaya yang masing-masing memiliki karakter yang
berbeda," katanya.
Menurutnya, kebijakan pariwisata kabupaten Lembata dilakukan
melalui even berkelanjutan, yaitu festival tiga gunung sebagai upaya mengangkat
citra pariwisata kabupaten Lembata dengan berbagai aktivitas yang beragam, pariwisata desa atau travel village, sebagai
vocal poin dengan hasteg ekplore rural Lembata serta penguatan struktur budaya
dan pengembangan atraksi,” ujarnya.
Apa yang diungkapkan Bupati Lembata ini tentu menjadi
catatan untuk berbagai pihak yang peduli dengan Lembata. Sebagus-bagusnya
keinginan pemimpin untuk membawa keluar masyarakat dari kesulitan hidup, tetap
saja harus kembali mendapat persetujuan masyarakat berupa partisipasi dan
pengawasan.
Dua periode kepemimpinan Bupati Yentji akankah menjadi jalan
yang baik untuk menata Lembata? Jawaban kembali pada Bupati dan masyarakat
Lembata.