Selasa, 19 Juni 2018

RESENSI BUKU : Paulus Waterpauw, Sosok Sederhana Sang Jenderal

Judul : Abdi Papua : Pesan Singkat Kapolda Papua Irjen Pol. Paulus Waterpauw. Penerbit : Tollelegi, 2017 


KABARPAPUA.CO, Kota Jayapura – Kesederhanaan merupakan salah satu modal utama keberhasilan dalam perjalanan hidup seorang pemuda. Terlebih orang muda atau pemuda asli Papua.


Sebab, dalam kesederhanaan itulah lahir sikap rendah hati, kejujuran, dedikasi atau semangat berkorban, mau belajar dari pengalaman hidup diri sendiri dan pengalaman orang lain. Seperti kata pepatah, pengalaman adalah guru yang terbaik.


Begitupun dengan Irjen Pol Paulus Waterpauw, mantan Kapolda Papua yang saat ini menjabat sebagai Wakil Kepala Badan Intelijen Keamanan (Wakabaintelkam) Polri.


Dalam buku biografinya yang berjudul Mengabdi dengan Hati dan Buku Abdi Papua, Paulus menyebutkan hidup dalam keluarga sederhana dengan lingkungan kampung yang sederhana, tidak menjadi penghalang bagi tumbuh kembang dirinya sebagai anak adat asli Papua.


Justru kesederhanaan itulah yang mampu menjadikan dirinya sebagai pribadi yang setia kawan dengan sesama, terlebih khusus kepada sesama yang menderita dan berkekurangan.


Paulus Waterpauw lahir di Kampung Karas, Fakfak pada 25 Oktober 1963. Paulus kecil selalu mengenang masa-masa indah, tinggal bersama kedua orang tuanya dan saudara kandungnya.


Ayah Paulus bernama Ferdinan Waterpauw memiliki kebiasaan berburu di hutan rimba Papua yang menantang nyawa. Kebiasaan ini diturunkan kepada dirinya, sehingga Paulus sering mengikuti sang ayah masuk hutan rimba, membawa peralatan berburu dan kemana saja mengikuti jejak ayah mencari hewan buruan.


Kedua anjing jenis herder jantan, selalu menemani Paulus dan sang ayah dalam berburu ataupun kemana saja keduanya pergi.
Paulus mengaku selalu mendapatkan banyak hewan buruan untuk membantu ibu di dapur, guna menambah gizi keluarga.


Selain berburu di hutan rimba nan luas, Paulus kadang kala menemani sang ayah untuk mencari ikan di lautan lepas. Dengan perahu layar ukuran kecil dari bahan kain kantong terigu, Paulus bersama ayahnya melaut di tengah ombak ditemani angin kencang.


Walaupun laut sering ganas, namun Paulus selalu optimis untuk memiliki harapan yang teguh, tentang ziarah kehidupan di Tanah Papua yang penuh janji, harapan dan tantangan.


Keadaan ekonomi rumah tangga dengan pendapatan keluarga yang terbilang pas-pasan, membuat kebiasaan hobi berburu dan melaut, sebagai jalan satu-satunya meningkatkan persediaan makanan dalam rumah.


Ibunya, Yakomina Atiamuna yang berasal dari Suku Komoro, di Mimika Jauh, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua berprofesi sebagai ibu rumah tangga yang saban hari juga harus pergi ke hutan mencari bahan makanan untuk memenuhi kebutuhan pangan di rumah.


Dengan kesederhanaan itu, Paulus selalu membantu pekerjaan di dalam rumah, seperti mencuci pakaian, bersih-bersih di sekitar rumah, biasa dia lakukan. Ia pun sudah terbiasa membantu ibunya mengasih adik-adik yang masih kecil. Saat itu, ia mempunyai empat adik Martha Waterpauw, Frans Waterpauw, Lina Waterpauw dan Kristianus Waterpauw. Seorang lagi, yang paling kecil, Matapina, lahir ketika Paulus sudah berpindah merantau sekolah di Surabaya.


Sosok ayah sebagai pemburu menjadikan dirinya sebagai pemuda asli Papua yang berani menghadapi dan mengatasi tantangan serta kesulitan hidup. Sedangkan sosok ibu terpateri di dalam dirinya sebagai pribadi yang sabar, rendah hati, berdedikasi dan merangkul sesama di sekitarnya.


Dari pengalaman hidup dengan kesederhanaan itulah, menjadikan modal utama dalam ziarah hidup Paulus hingga hari ini. Dirinya juga terus berbagi kasih kepada sesama dan anak-anak yang mengalami masalah sosial yang bertarung hidup di tengah kota dengan berbagai masalah sosial melanda diri mereka. Paulus mengaku tidak tega membiarkan anak-anak putus sekolah berkeliaran dengan membawa berbagai penyakit sosial.


Paulus pun selalu menyempatkan diri untuk merayakan sejumlah hari besar keagamaan. Natal ataupun Paskah, bahkan pada Idul Fitri sekalipun, Paulus berusaha meluangkan waktu untuk berkumpul bersama anak-anak terlantar, anak-anak yang terkendala masalah sosial di perkotaan.


Dirinya berharap, pemuda di Papua, untuk terus bergandengan tangan dalam semangat kesederhanaan, kejujuran dan berbelas kasih untuk menyongsong masa depan yang lebih baik, lebih adil, aman dan damai.


Paulus berpesan kepada pemuda dan seluruh masyarakat di Papua, agar jangan hidup dalam kotak-kotak suku,agama, ras dan golongan, karena hal itu hanya akan mengerdilkan diri sendiri. Bangkitlah dan berbuatlah yang terbaik untuk diri dan sesama di sekitarnya.


Pada 13-21 Juni 2016, Paulus dijadwalkan hadir dalam temu akbar Orang Muda Pegunungan Tengah Papua yang akan dilaksanakan di Hepuba, Kabupaten Jayawijaya. Dalam kegiatan tersebut, panitia meminta Paulus untuk memberikan motivasi kepada 600 kaum muda yang dijadwalkan hadir. *** (Katharina)

Sumber :

https://kabarpapua.co/paulus-waterpauw-sosok-sederhana-sang-jenderal/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar