Tak ada sastrawan yang seperti Franz Kafka. Dianggap begitu rumit, begitu gelap, begitu tidak karu-karuan. Lahir 3 Juli 1883, meninggal sebulan sebelum berusia 41 tahun, pada 3 Juni 1924.
Kalau saja ia masih hidup, hari Kamis tanggal 3 Juli Franz
Kafka akan berusia 125 tahun.Franz Kafka tak pernah meramalkan sukses besarnya
sebagai sastrawan. Namun teknik penulisannya yang begitu otentik dan orisinal,
merupakan pilihan sadar dan sikap dasarnya dalam menulis. Dalam sebuah suratnya
kepada Oskar Lotak, 27 Januari 1904, ia mengatakan, "Suatu buku haruslah
bagai menikam atau mencederai pembacanya. Katanya, kalau buku itu tidak
membangunkan kita dengan suatu tonjokan di kepala, untuk apa kita membacanya?"
Ia mengatakan, kalau perlu buku macam itu harus kita tulis
sendiri. Lalu katanya pula, apa yang kita butuhkan adalah buku yang memberi
dampak pada kita bagaikan bencana yang menciptakan duka cita yang mendalam,
ibarat kematian seseorang yang kita cintai lebih dari diri kita sendiri,
seumpama dibuang jauh ke rimba raya terkucilkan dari siapapun, seperti suatu
bunuh diri. Buku haruslah merupakan sebuah kapak yang menghancurkan samudera
yang membeku dalam diri kita
Betapa kuat kalimat-kalimat itu. Begitu kokoh. Dan begitu
konsisten kredo kesastrawanannya itu diwujudkan dalam karya-karyanya. Yang
gelap, dengan kata-kata yang berantakan, kalimat-kalimat panjang yang saling
berhimpitan, membangun suatu arsitektur bahasa tersendiri, menciptakan suasana
gelap, tertekan, terasing, getir, sendirian terkucil.
Tetapi siapakah Franz Kafka, si peracau itu? Sebuah buku
baru diterbitkan menyambut ulang tahun Kafka ke 125. Judulnya, 'Biografi Franz
Kafka: Tahun-Tahun Penjelmaan'. Pengarangnya, Reiner Stach mengatakan, dengan
buku itu disusun berdasarkan hidup Franz Kafka dari 1916 hingga kematiannya
1924.
"Saya ingin menunjukkan bahwa peristiwa-peristiwa
politik yang disaksikan Kafka khususnya selama Perang Dunia, bukan sekadar
latar bagi hidupnya semata. Melainkan, dia juga sangat terlibat di dalamnya.
Saat itu ia dipaksa untuk membeli surat obligasi dana perang. Akibatnya seluruh
simpanannya, yang sebenarnya disimpan supaya nanti bisa berhenti dari kerjanya
di perusahaan asuransi, dan hanya menulis sepanjang hidupnya itu habis. Bisa
dibilang dicurilah, begitu."
Franz Kafka |
Terlepas dari kepribadiannya yang nyentrik, Franz Kafka
adalah pekerja keras. Ia sungguh-sungguh ketika menjadi pekerja di perusahaan
asurani untuk menyambung hidupnya, juga ketika pindah ke perusahaan lain. Namun
ia juga mengerahkan seluruh kesungguhannya untuk menulis.
"Ketika Gregor Semsa terbangun suatu pagi dari suatu
mimpi yang kacau, di atas tempat tidurnya itu ia mendapati dirinya telah
berubah menjadi seekor serangga raksasa." Begitulah kalimat pembuka
Metamorfosa, atau dalam judul aslinya, Verwandlung, salah satu karya Franz
Kafka yang legendaris.
Ini barangkali kalimat pembuka paling terkenal dalam dunia
sastra. Kalimat awal yang tak ada tandingannya. Novel itu sendiri adalah karya
yang taka da tandingannya pula. Sebuah karya yang mengguncangkan nilai dan
estetika. Metamorfosis mengubah sepenuhnya pandangan dunia mengenai sastra, dan
pandangan mengenai dunia sastra. Bahwa suatu karya sastra bisa ditulis dengan
cara yang sepenuhnya berbeda.
Metamorfosis boleh dikata merupakan satu-satunya novel Franz
Kafka yang tuntas. Tidak dalam pengertian tamat seperti novel pada umumnya.
Namun setidaknya berakhir pada ujung yang boleh dikata konklusif. Sedangkan
karya-karya monumental lain, seperti Amerika, Manusia yang Tersesat, serta
Peradilan, alias The Trial alias Proses, kastil alias Schloss, merupakan karya
yang tidak selesai, yang terputus di tengah jalan. Tetapi toh, karya-karya
tidak beres itu begitu mempengaruhi dunia. Mengapa karya-karyanya tidak
selesai? Reiner Stach menjelaskan:
"Setiap malam sesudah pukul 5 sore ia harus ke kantor.
Ia juga musti masuk kantor setiap hari Sabtu. Ia jadi kehabisan waktu. Ia
berusaha mengabaikannya. Tapi akibatnya ia justru kurang tidur. Itu alasan
kenapa ia tidak berhasil menyelesaikan naskah berjudul "Proses", atau
di dunia internsional dikenal sebagai The Trial, Pengadilan. Karena tugas di
kantor dan keharusan menulis membuat beban hidupnya jadi berlipat ganda. Ia
jadi begitu letih."
Manusia letih ini juga selalu gelisah. Tidak tenang. Serba
tidak nyaman, tidak aman. Serba cemas, serba kuatir. Namun katanya,
"Ketakutanku adalah inti jiwaku, dan bisa jadi bagian terbaik dari
diriku."
Semua kepribadiannya, kecenderungan hidupnya, pandangannya,
kegelisahannya, kecanggungannya, kesepiannya, kecemasannya, detil-detil kecil
dari kesehariannya, seakan tercermin kuat, atau terwujudkan secara khas dalam
karya-karyanya. Dalam Metamorfosis ia adalah Gregor Samsa yang terbangun di
pagi hari sebagai seekor serangga raksasa, dalam Kastil sosok-sosok
berseliweran, dan berakhir dengan kalimat yang tak selesai, dalam Pengadilan,
seorang lelaki tiada guntur tiada angin ditangkap.
Franz Kafka adalah manusia dengan minoritas lipat tiga di
Ceko. Ia seorang Yahudi, seorang penyendiri, dan seorang pengguna bahasa
Jerman. Kafka memang lahir dari sebuah keluarga Yahudi makmur di sebuah kawasan
berbahasa Jerman di Praha. Seluruh pendidikannya dijalani dalam bahasa Jerman.
Karenanya, kendati ia menguasai juga bahasa Ceko dan kemudian Prancis, ia
menulis dalam bahasa Jerman. Bahasa yang sangat rumit, yang seakan menjadi alat
yang lebih sempurna lagi bagi kerumitan kepribadian Kafka.
Keluarganya, masa kecilnya, pendidikannya, kendati elitis,
jauh dari susana yang membahagiakan Franz Kafka. Dalam biografi yang disunting
sahabatnya, Max Brod, ia menulis,bahwa ia bisa membuktikan setiap saat bahwa
pendidikan yang dialaminya diupayakan untuk menciptakan kepribadiannya yang
berbeda, yang bukan dirinya sendiri. Ia menuntut agar para pendidiknya untuk
mengarahkannya sesuai kepribadian sebenarnya. Namun katanya, karena mereka tak
mampu memenuhinya, ia melontarkan kecaman saja, olok-olok yang bergema nyaring
di menembus dunia.
Franz Kafka berangan-angan pindah ke Berlin, Jerman, dengan
harapan bisa terbebas dari lingkungan keluarga dan masa kecilnya, hidup sebagai
penulis sepenuhnya bersama tunangannya Felice Bauer yang tinggal di Berlin.
Namun perang dunia pertama meletus, dan ia tak leluasa bepergian. Dan akhirnya
hubungan mereka yang terbina selama 5 tahun, putus pada tahun 1917. Tak lama
kemudian Kafka terserang Tuberculosis, TBC. Berbarengan dengan makin parahnya
berbagai masalah yang bersumber pada kejiwaannya, Seperti paranoia, kecemasan,
psikosomatik. Dan Kafkapun mengutuk. Katanya, paru-parunya dan otaknya
diam-diam berkomplot. Di luar itu, Kafka memang selalu tak nyaman dengan orang
lain. Salah satunya, digambarkan Reiner Stach yang baru saja menulis buku
tentang Kafka:
"Dia punya kebiasaan tetap yang khas yang tampak
ganjil. Ia tak bisa mengubahnya. Dan ia tahu itu bisa jadi bahan tertawaan.
Sebetulnya tak ada kebiasaan ganjilnya yang betul-betul membuat orang lain tak
bisa bergaul dengannya. Namun Kafka berpikir, itu akan membuat orang lain
menjauhinya.."
Kafka Statue in Prag
Patung Kafka di Praha
Franz Kafka jatuh cinta lagi di tahun 1921 kepada Milena
Jesenka, seorang wartawati Ceko. Dalam sebuah suratnya Kafka mengatakan,
"Dalam cinta ini engkau bagaikan sebilah pisau, yang dengannya aku
jelajahi diriku sendiri." Namun ia menganggap "persetubuhan adalah
suatu hukuman atas kebahagiaan sepasang kekasih".
Tetapi dua tahun kemudian ia pindah ke Berlin dan hidup
dengan seorang guru TK bernama Dora Diamant, yang memperkenalkannya lebih dalam
dengan keyahudian. Kafka kemudian tertarik pada spiritualitas dan kebudayaaan
lama Yahudi. Kendati Kafka tak pernah benar-benar menjadi seorang Yahudi
religius. Kafka sempat juga terpengaruh oleh sejumlah kawan-kawannya yang
Zionis. Sampai berencana untuk ikut pindah ke kawasan Palestina yang saat itu
berada dalam mandat Inggris dan Israel belum ada. Namun penyakit TBC
mengagaglkannya. Ia meninggal 3 Juni 1924.
Beberapa saat menjelang kematiannya, ia berwasiat kepada
sahabatnnya, Max Brod dan teman hidupnya, Dora Diamant, agar membakar dan
memusnahkan seluruh karyanya. Agar, katanya, "Tidak akan pernah ada bukti
bahwa saya seorang penulis." Namun wasiatnya tidak diindahkan. Sejumlah
buku catatannya diselamatkan, kendati tidak semuanya. Dan lama sesudah
kematian, diterbitkan, kendati banyak di antaranya yang diragukan kebenaran
susunannya. Karena banyak halaman lepas yang tidak diberi nomor halaman.
Sehingga harus disusun ulang berdasarkan tafsieran Max Brod.
Yang unik, ketika Nazi Hitler berkuasa di Jerman belasan
tahun kemudian, dan merenggut nyawa tiga adik perempuannya di kamp konsentrasi,
Kafka memunculkan masalah baru. Para penguasa Nazi melakukan penyitaan terhadap
karya-karyanya, dan memusnahkannya sebagian. Sesudah Zazi kalah dalam Perang
Dunia kedua, seluruh dunia mengerahkan sebuah operasi besar untuk menelusuri
karya-karya Franz Kafka. Karya-karya gelap, yang sekali lagi, penuh gambaran
berantakan, kalimat yang bagai meracau, struktur yang bertumpuk. Sebuah c ara
berkesusastraan yang menggemparakn, bahakn boleh dikata mengubah kesusastraan.
Reiner Stach, penulis biografi Franz Kafka terakhir, menggambarkannya:
"Saya selalu katakan, di kepala Kafka bagaikan ada
bioskop yang selalu memutar film penuh khayalan. Jadi mungkin seperti orang
yang di bawah pengaruh obat bius. Atau justru seperti orang yang sedang
mengalami masa puber."
Sumber Tulisan : http://www.dw.com/id/125-tahun-pujangga-eksentrik-franz-kafka/a-3456076-0
Tidak ada komentar:
Posting Komentar