Buku “ Wajar Adanya Kata” merupakan
kumpulan esay yang ditulis Romo Stefan Kelen, Pr, dalam berbagai kesempatan.
Dari penulisnya, buku ini merupakan buku kedua, setelah buku pertama “Tak Hanya
Diam”, yang mengalami dua kali cetak ulang. Buku pertama diberi kata Prolog oleh
wartawan senior Media Indonesia Gaudens
Suhardi dan Epilog oleh Pater Dr. Budi Kleden. Buku “Wajar Adanya Kata”
yang merupakan buku kedua ini, diberi kata Prolog oleh Sastrawan Linda Christanty
dan Epilog dari Teolog Dr. Andreas Atawolo.
Romo Stef, kelahiran Basira, Tanjung Bunga-Flores Timur 19 Juni
1973 lalu, mengalami pendidikan dasar di SDK Tanahbelen, Tanjung Bunga,
pendidikan menengah di SMP San Pankratio
di Larantuka, dan Seminari Menengah
San Dominggo Hokeng. Selepas seminari menengah, ia memilih untuk menjadi imam
di Keuskupan Pangkalpinang, dan menempuh Tahun Orientasi Rohani (TOR) dan kuliah
di Seminari Tinggi St Petrus, Pematang Siantar, Sumatera Utara. Setelah
menjalani Tahun Orientasi Pastoral (TOP) di Natuna dan menjalani pendidikan
Post S1 di STF St Yohanes Pematangsiantar, ia ditahbiskan menjadi diakon dan
selanjutnya menjadi imam projo Keuskupan Pangkalpinang, sejak 20 Mei 2004
hingga saat ini.
Ia mencintai dunia menulis, mengelola
beberapa media seperti berkatnews.com,
katoliknews.com, jurnaltimur.com dan jurnalbabel.com. Ia belajar khusus
tentang jurnalistik di Lembaga Pers Dr Sutomo Kebon Sirih Jakarta, dan magang
di desk Polkam Media Indonesia. Selanjutnya dalam catatan Dewan Pers, ia
menjadi pastor pertama di Indonesia yang memiliki sertifikasi wartawan.
Melihat potensi dan minat Romo yang mengaku sebagai "SobatPadi"
ini, oleh Alm Mgr Hilarius Moa Nurak SVD, waktu itu mengutusnya untuk menempuh
Studi Magister Ilmu Komunikasi di Universitas Mercu Buana Jakarta. Ia
menyelesaikan studi ini dengan nilai Cum Laude, IPK 3,83. Tesis yang
diselesaikannya berjudul : ETIKA POLITIK BASUKI TJAHAJA PURNAMA (AHOK) DALAM BINGKAI RETORIKA DIALEKTIK (Analisis
Framing atas Program Mata Najwa di Metro TV). Selepas studi khusus ilmu komunikasi ini, oleh Uskup Mgr
Adrianus Sunarko OFM dipercayakan sebagai Ketua Komsos Keuskupan Pangkalpinang
dan Anggota Pengurus Yayasan Tunas Karya yang mengelolah 44 sekolah Katolik di
Kepulauan Bangka Belitung dan Kepulauan Riau, termasuk Batam di dalamnya.
Berhubung dengan esai-esai yang
ditulisnya termasuk dalam buku W‘ajar Adanya Kata”, ia bertolak dari realitas
konkrit masyarakat dan umat pangkalpinang serta umat dan masyarakat umum yg ia
jumpai dalam pelayanan. Dengan pengetahuan
yang dimilikinya, dan gaya penulisan yang ringan, penuh humor dan sentilan, ia
mengomentari banyak hal yang menjadikan artikelnya tidak saja hanya dittujukan
pada masyarakat pangkalpinang tetapi juga masyarakat umumnya dimana pun berada.
Buku “Wajar Adanya Kata”, merupakan
buku kumpulan 27 esai dari Romo Stafan Kelen,Pr. Linda Christanty dalam
prolog yang ditulis pada buku ini mengatakan “Saya merasa negeri kita,
rakyatnya dan pemimpinnya memiliki harapan setelah membacanya. Kepada mereka
yang tersisih dan teraniaya, kehadiran seorang Romo di tengah mereka memberikan
kegembiraan dan pencerahan. Kepada mereka yang berkuasa, kuat dan mengabaikan
sesame, karya ini memberi teguran, peringatan dan sindiran untuk belajar
mendengar hati nurani dan hidup lebih bermanfaat”. Linda mengakui bahwa esai
yang ditulis Romo Stefan Kelen, sangat dipengaruhi oleh tempat mana Romo Stefan
berasal dan mengalami pendidikan menengah yakni Larantuka yang merupakan
tonggak keimanan katolik. Suatu tradisi yang menunjukkan bahwa kepeduliaan dan
keberpihakan tidak pernah tercerai berai dari keimananan, dan kecendikiaan
menjadi penerang di masa tidak menentu.
Sementara Dr. Andreas Atawolo dalam
mengapresiasikan buku ini mengatakan, “ Lebih dari sekedar judul, kata-kata ini (Wajar Adanya Kata-Red),
merupakan ekspresi kesadaran. Hidup ini sesuatu yang wajat dan nyata. Kita
tidak memahami dunia tanpa menjadi pelaku di dalamnya. Pater Andreas Atawolo
juga memberikan penekanan pada aspek “communion” yang merupakan titik berangkat
dari seluruh esai dari buku ini. Dikatakan Pater Andreas, orang-orang yang
berada dalam communio melakukan tugas pelayanan bagi yang lain. Dalam cita-cita
persaudaraan semesta itu system politik tidak cukup ditopang oleh gagasan
rasional, melainkan kehadiran nyata para pemimpin di tengah masyarakat,
khususnya mereka yang terpinggirkan.
Atas dasar keberlakukan esai-esainya
yang dinilai sebagai suatu yang universal, juga berhubungan dengan perjalanan
hidupnya dari kampung flores Timur ke Pangkalpinang, maka sebagai persembahan
dan penghormatan terhadap tanah kelahirannya, demikian juga penghargaan yang
diberikan dari tanah kelahirannya, maka buku ini secara khusus akan diluncurkan
dan disikusikan di Larantuka.
Hal ini pun berhubungan sangat erat
dengan perkembangan kota Larantuka yang mau tidak mau harus juga belajar dari
perkembangan yang terjadi di daerah lain. Hal ini juga sangat bermanfaat bagi lembaga pendidikan yang akan menghasilkan
lulusan yang berkiprah di luar daerah. Bagai
cerita dari rantau, peluncuran dan diskusi buku ini diharapakan membawa
inspirasi dan motivasi bagi perkembangan generasi muda, juga siapa saja
yang hendak membuka jendela melihat apa
yang terjadi di luar sana yang kemudian membawa sikap dan tindakan sebagai
tanggapan atas realitas yang dihadapi sehari-hari.
Diskusi dan peluncuran buku ini menghadirkan dua pembicara yakni P. Dr. Andreas Atawolo, OFM (Teolog, Dosen STF Driyarkara, Pemberi Epilog pada buku “Wajar Adanya Kata”). dan Vincentius Lemba, S.Fil, M.Pd. (Pendidik/ Rektor IKTL). Moderator Diskusi Benjamin Tukan. Diskusi dan peluncuran berlangsung di Kampus IKTL Waibalun - Larantuka, Sabtu 6 Juli 2019, pukul :
09:00 – 12:00. @